Apakah Anda ingin memiliki blog yang tidak hanya sekedar mendapatkan social share?
Jika ingin blog atau website Anda adalah bekerja 24 jam yang terus-menerus mengedukasi,memprospek dan menghasilkan konversi, hal tersebut cukup membutuhkan kerja keras.
Menyebutnya sebuah blog menunjukkan ketertarikan pada pembaca, komentar dan social share. Hal tersebut menunjukkan bahwa Anda menulis sebuah buku harian online. Sebaliknya, Anda harus berpikir itu sebagai lingkungan pemasaran konten yang dirancang secara strategis jika Anda ingin meningkatkan konversi.
Yang akan dijelaskan selanjutnya di sini jauh berbeda dari sebuah blog yang normal. Setiap elemen dari setiap halaman dengan hati-hati dibangun untuk mencapai hasil yang sangat terukur.
Sebagai contoh, sidebar Anda akan berhenti menjadi widget yang tidak efektif. Sebaliknya, sidebar website Anda akan menjadi sama pentingnya dengan pistol seorang prajurit ketika senapannya baru saja kehabisan peluru dalam panasnya pertempuran.
Tapi sebelum menjelaskan di mana seharusnya Anda menempatkan sidebar, ada sebuah pengalaman dari seorang blogger bernama Justin Brooke.
Table of Contents
Dari 2 sampai 25 persen konversi
Ia menghabiskan $ 30.000 untuk melakukan split-test desain layout blog miliknya. Pada saat ia selesai, ia meningkatkan konversi secara keseluruhan 2 sampai25 persen. Berikut adalah empat faktor terbesar yang menyebabkan keberhasilannya.
Pertama kali melihat Google Analytics website-nya setelah beberapa minggu “blogging,” Justin sangat kecewa.
Sidebar opt-in blog miliknya hanya mempunyai tingkat konversi 2 persen, dan setelah beberapa minggu ia hanya memiliki 23 share pada enam artikel.
Sebelum “blogging” Justin selalu menulis sales page. Dirinya mempuyai keahlian dalam pemasaran langsung dan info menjual produk (ebook, kursus, dan DVD).
Ketika menjual produk Justin biasa menggunakan sebuah sales letter, dan sebagai direct marketer ia tracking “semuanya” dalam blog miliknya.
Justin mulai memperlakukan “blog” miliknya seperti salesletter. Ia mulai mengoptimalkan setiap pixel pada halaman untuk kinerja yang lebih baik.
Justin mengarahkan berbagai iklan dalam halaman blognya dan mulai menggunakan taktik split-test yang sama pada posting blog miliknya seperti yang digunakan pada salesletter.
Ketika ia mendapat konversi dari 2 persen meningkat menjadi 25 persen, menerima ratusan share per artikel, dan mendapat penawaran enam digit angka langsung dari artikel yang ditulisnya, Justin memutuskan untuk menyelesaikannya.
Pada waktu itu, ia telah menghabiskan kurang lebih $ 3.000 per bulan untuk membeli traffic Facebook Ads untuk artikel miliknya.
Dan pada akhirnya, Justin menghabiskan uang $ 30.000 untuk mengarahkan traffic pada blognya ketika melakukan tes pada setiap hal yang mungkin bisa dites.
4 hal yang dipelajari setelah menghabiskan $30.000
Tentunya, masih banyak penyesuaian pada hal-hal yang lebih detail ketika Justin melakukan tes tersebut. Namun, ada empat hal utama yang dipelajari oleh Justin setelah menghabiskan $30.000 saat split-test tampilan blog miliknya.
Gambar di bawah ini menunjukkan tampilan blog standar. Anda mungkin pernah melihat 100 blog dengan tata letak yang sama, sebagian besar tema pada platform WordPress menggunakan tata letak berikut sebagai default.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan ditunjukkan dengan nomor-nomor pada gambar di bawah ini.
#1: Manfaatkan layar
Saat Justin menulis salesletter, ia banyak terfokus pada bagian “Above the fold.” Untuk seorang copywriter, bagian tersebut ada pada atas halaman, bagian judul dan paragraf pertama.
Untuk seorang web desainer, “fold” dianggap sebagai tempat di mana seseorang atau pengunjung harus melakukan scroll down untuk melihat yang lebih bayak .
Mengoptimalkan daerah above the fold memiliki dampak terbesar dari semua hal yang dia tes. Memindahkan kotak opt-in dari sidebar di sebelah kanan ke area header tepat di bawah logo dan navigasi adalah bagian penting yang dapat menghasilkan konversi pengunjung.
Cukup memindahkan opt-in offer yang sama dari sidebar ke header, dan hal tersebut membuat Justin yang sebelumnya pengunjung blognya hanya 2 persen yang menjadi subscriber meningkat menjadi 5 persen.
Kemudian Justin mengubah tawaran dari “mendapat update gratis lewat email” dengan penawaran yang sebenarnya atau lead magnet.
Apa yang terjadi? Ia mendapatkan dua kali lipat konversi. Justin dapat mengonversi 10 persen dari pengunjungnya ke lead magnet.
Sesuatu yang lebih baik, tetapi mengonversi hanya 10 persen dari pengunjung Anda untuk lead magnet kurang membuat Justin terkesan. Ia pernah mendapatkan 25 persen tingkat konversi ketika menggunakan squeeze page.
Jadi, Anda bisa menggunakan squeeze page jika ingin memperoleh konversi yang lebih tinggi.
#2: Pindahkan sidebar Anda ke kiri
Untuk mendapatkan lebih banyak ide guna meningkatkan kinerja blog miliknya, Justin mulai mengamati apa yang dilakukan situs-situs besar seperti Amazon, Facebooks dan Walmarts.
Situs-situs memiliki sumber daya lebih dari yang ia lakukan untuk menguji apakah kinerja website mereka optimal, jadi Justin ingin mempelajarinya.
Kolega Justin, seorang profesianal di bidang internet marketing bernama Michelle MacPhearson, menyebutkan bahwa sidebar yang berada di sisi kiri websitenya bekerja lebih baik.
Justin juga melihat bahwa semua situs besar menempatkan navigasi mereka di sisi kiri. Anda bisa melihat newsfeed Facebook Anda dan lihat juga navigasi pada Amazon.
Anda hampir selalu berinteraksi dengan sisi kiri layar.
Hal tersebut dikonfirmasi oleh Nielsen Norman Group. Perusahaan riset media ini melakukan penelitian yang membuktikan pengunjung website terlihat lebih aktif di sisi kiri layar dari pada di sebelah kanan layar.
Dalam studi tersebut, partisipan menggunakan kacamata khusus yang melacak gerakan mata partisipan tersebut ketika mengunjungi berbagai website.
Mereka menemukan bahwa rata-rata pengguna melihat halaman sebuah website dalam pola berbentuk F. Dimulai dengan kiri atas, turun, dan sedikit lebih ke kanan.
Ketika justin memindahkan sidebar ke kiri, ia mendapat 3 persen traffic untuk mengambil penawarannya. Sebelum dipindah, trafficnya kurang dari 1 persen.
Tetapi hal tersebut terlihat masih sedikit bukan, untuk itu kita menuju pada poin yang selanjutnya.
#3: Gunakan sidebar Anda secara strategis
Seperti kebanyakan orang, Justin mempunyai sidebar artikel terbaru, komentar, arsip dan lainnya. Ia hanya menempatkan berbagi widget tersebut agar tampilan website atau blognya terlihat bagus
Namun, Justin akhirnya mempelajari bahwa tidak satu orang pun yang mengklik arsip dan yang mengklik sebagian besar sidebar di blognya. Beberapa orang mengklik recent articles, tapi bukan sesuatu yang sebenarnya ia inginkan.
Seperti dikatakan di awal, anggaplah blog Anda lingkungan pemasaran konten yang dirancang strategis.
Prioritas pertama Justin adalah posting konten yang menarik pengunjung yang tepat dan pengunjung yang tepat tersebut akan menikmatinya.
Karena jika mereka tidak menikmati apa yang Anda buat, mereka tidak akan “convert” atau tidak akan menghasilkan konversi, tidak peduli apa saja trik konversi yang Anda gunakan.
Prioritas kedua Justin adalah mengonversi pengunjung ke dalam lead magnet.
Membuat pengunjung mengunjungi beberapa halaman blognya bukan menjadi prioritas utama Justin, kemudian menghapus semua yang berhubungan dengan hal tersebut dari sidebar.
Justin menggantinya dengan call to action (CTA). pada salah satu lead magnet miliknya karena prioritas tertingginya adalah mengkonversi pengunjung ke lead magnet.
Mengoptimalkan sidebar miliknya dikombinasikan dengan memindahkan ke kiri. Sidebar Justin hanya memiliki tiga hal di dalamnya, CTA, cara untuk menjadi fans dan search box.
#4: Ganti komentar dengan Call to Action
Jika blog Anda adalah sebuah penghubung sosial, Anda dapat membiarkan kotak komentar pada blog Anda. Namun, Justin menggunakan media sosial bukan blognya untuk jadi sebuah penghubung sosial.
Oleh karena itu, untuk memaksimalkan kinerja konten-konten miliknya, Justin mengganti bagian komentar dengan call to action dan penawarannya sama seperti di header blog miliknya.
Yang ditonjolkan adalah bagian header dan bottom pada sebuah post, sehingga bagian tersebut tidak berbaur dengan konten.
Hal tersebut dapat mengonversi sedikit lebih baik daripada ketika bagian tersebut hanya tampak seperti bagian lain dari sebuah halaman.
Anda masih bisa menampilkan bagian komentar, jika menginginkannya. Namun, Anda bisa memasukkan kotak CTA tepat di atas bagian komentar dan di bawah konten. Sebagai contohnya, Hubspot melakukan hal tersebut.
Anda juga bisa membuat penawaran yang spesifik untuk CTA pada konten yang relevan dengan penawaran tersebut.
Ketika Justin melakukan hal tersebut tingkat konversi bisa melonjak sampai 85 persen pada satu artikel. Namun, melakukan hal itu untuk setiap artikel bisa sangat membosankan, Anda bisa memalukannya pada artikel-artikel populer milik Anda.
Setelah mengetahui dan membahas empat hal di atas, tampilan yang baru akan terlihat seperti ini:
Ini semua didasarkan pada psikologi dasar manusia dan pola rata-rata interaksi pengguna.
Jika Anda ingin mencobanya, ada banyak stok tema dari berbagai macam platform seperti WordPress, yang dapat membuat tampilan tersebut. Namun Anda juga harus tetap melakukan split-test untuk membuat tampilan mana yang paling efektif dalam menghasilkan konversi.
Bagaimana? Apakah Anda mulai berpikir untuk mengganti tampilan dari blog atau website milik Anda? Selamat mencoba! Jika Anda ingin berbagi pengalaman atau memberikan komentar, DigitalMarketer.id sangat antusias untuk mendengarnya melalui kolom di bawah ini.
*Sumber: I Spent $30,000 Testing Different Blog Designs – Here’s What I Found oleh Justin Brooke